TEORI BIAYA DAN PENERIMAAN
MAKALAH INDIVIDU
ILMU EKONOMI MIKRO ISLAM
Tentang :
TEORI BIAYA DAN PENERIMAAN
Disusun Oleh :
ALDI PUTRA
1730403005
Dosen Pembimbing :
DR. H. SYUKRI ISKA, M. AG
IFELDA NINGSIH, SEI., MA
JURUSAN AKUNTANSI SYARI”AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BATUSANGKAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah yang
terjadi saat ini adalah tentang kurang dimengertinya konsep biaya oleh
sebagaian masyarakat umum. Biaya tidak hanya semata-mata tentang pengeluaran, namun lebih dari itu biaya adalah suatu hal
yang harus dikelola dengan baik untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas.
Pemahaman terhadap
konsep biaya memerlukan analisis yang hati-hati terhadap karekteristik dari
transaksi yang berkaitan dengan biaya. Ada elemen laporan lain yang sifatnya
hampir sama dengan biaya namun sebaiknya tidak dimasukkan sebagai komponen
biaya. Karekteristik biaya dapat dipahami dengan mengenali batasan atau
pengertian yang berkaian dengan biaya.
Dengan pemahaman
seperti ini, transaksi yang berkaitan dengan biaya dapat dengan mudah
diidetifikasi sehinnga dapat disajikan dengan benar dalam laporan keuangan.
Dalam makalah ini akan membahas tentang cost yang sebagai dasar pencatatan
nilai dalam akuntansi pada tahap pembebanan. Konsep dasar yang melandasi
pembebanan cost adalah konsep upaya dan hasil (efforts and
accomplishment).
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian biaya dan penerimaan ?
2.
Apa dampak bunga dan bagi hasil dalam produktifitas ?
3.
Bagaimana pajak dan zakat dalam analisis pembiayaan dan pinjaman ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Biaya dan Penerimaan
1.
Pengertian Biaya
Dalam arti sempit, biaya merupakan sumber
ekonomi untuk memperoleh harga pokok. Biaya
dalam perspektif konsumen adalah pengorbanan yang harus dikeluarkan untuk
mengkonsumsi sejumlah produk baik barang ataupun jasa. Sedangkan, biaya dalam
perspektif produsen atau supplier adalah semua beban yang harus
ditanggung oleh produsen untuk menghasilkan suatu produksi.
Dalam ekonomi
mikro, produksi adalah mengubah input menjadi output atau bisa didefinisikan
sebagai proses ekonomi yang menggunakan sumber daya untuk menciptakan sebuah
komoditas yang cocok untuk pertukaran. Produksi juga merupakan suatu kegiatan
yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda
baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah total nilai dari
input dalam kegiatan produksi untuk menghasilkan suatu produk baik barang atau
jasa.
Biaya produksi dapat meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
a.
Bahan baku atau bahan dasar termasuk
bahan setengah jadi
b.
Bahan-bahan pembantu atau penolong
c.
Upah tenaga kerja dari tenaga kerja
kuli hingga direktur.
d.
Penyusutan peralatan produksi
e.
Uang modal, sewa
f.
Biaya penunjang seperti biaya angkut,
biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi
g.
Biaya pemasaran seperti biaya iklan
h.
Pajak
Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen
kunci dalam proses penganggaran, terutama menyangkut tanggung jawab manager.
Biaya dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Biaya Variabel, yaitu biaya yang berubah-ubah
secara langsung dengan tingkat aktivitas yang ada, misalnya komponen penjualan
menurut metode komisi langsung.
b. Biaya Semi Variabel, yaitu biaya yang
bervariasi dengan tingkat aktivitas yang ada tetapi tidak dalam propasi
langsung.
c. Biaya tetap, yaitu biaya yang tidak berpengaruh
oleh perubahan aktivitas tetapi bersifat konstan selama periode tertentu.
Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi :
a. Biaya langsung, yaitu biaya yang langsung
dibebankan pada aktivitas atau bagian tertentu dari organisasi.
b. Biaya tidak langsung, yaitu biaya yang tidak
dapat dikaitkan dengan produk tertentu.
Untuk mengetahui jumlah penerimaan yang
diperoleh dapat diketahui dengan rumus :
TR = P
.Q
Keterangan
:
TR =
Total Revunue/ Total Penerimaan (Rp)
P =
Harga Produk (Rp)
Q =
Jumlah Produk (Kg)
Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam
kegiatan produksi dapat dihitung dengan rumus:
TC = TFC
+ TVC
Keterangan
:
TC =
Total Cost / biaya Total (Rp)
TFC =
Total Fixed Cost / Total BiayaTetap (Rp)
TVC =
Total Variable Cost / TotalBiayaVariabel (Rp)
Pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan
total penerimaan dengan total biaya, dengan rumus sebagai berikut
I = TR
–TC
Keterangan
:
I =
Income (Pendapatan)
TR =
Total Revenue (TotalPenerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
2.
Pengertian Penerimaan
Penerimaan
adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Terdapat tigakonsep
penting tentang revenue yang perlu diperhatikan untuk analisis perilaku
produsen.
a.
Total Revenue (TR),
yaitu total penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya.Jadi, TR = Pq Q,
dimana Pq = harga output per unit; Q = jumlah output.
b.
Average Revenue (AR),
yaitu penerimaan produsen per unit output yang dijual.
TRPqQ
AR = ------ = ------ = Pq
Q Q
Jadi, AR adalah harga jual output per unit
B.
Dampak Bunga dan Bagi Hasil dalam Produktifitas
Dengan menggunakan sistem bagi basil hal ini tidak terjadi. Naiknya total
cost akan mendorong Break Even Point dari titik Q ke Qi. Untuk mengilustrasikan
perbedaan dampak dari penggunaan bunga dan sistem bagi hasil dapat digambarkan
berikut. Seorang petani yang menanam padi menghadapi kendala pasar beras
sebagai berikut; harga jual beras yang diminta pasar adalah Rp2.000,00 per satu
kg, bila dua kg, maka penerimaannya dari penjualan beras adalah Rp4.000,00 dan
seterusnya.
Karakteristik dari sistem bunga dalam analisis biaya produksi adalah adanya
biaya bunga yang harus dibayarkan oleh produsen bersifat tetap. Sehingga biaya
bunga akan menjadi bagian dari fixed cost, dengan kata lain, berapapun jumlah
output yang diproduksi bunga tetap harus dibayar. Konsekuensi lebih lanjut,
keberadaan biaya bunga akan meningkatkan total biaya (TC à TCi).
Adanya beban
bunga yang harus dibayar produsen sama sekali tidak
akan memengaruhi kurva penerimaan. Oleh karena itu, kurva total penerimaan (TR)
dalam sistem bunga adalah TRi = TR. Berbeda dengan sistem bunga, pada sistem
bagi hasil, kurva fixed cost tidak terpengaruh, tetapi pemberlakuan sistem ini
akan berpengaruh terhadap kurva TR (total revenue). Misalkan pada saat masa
tanam, si petani membutuhkan sejumlah dana dari seorang shahibul maal.
Diasumsikan antara petani dan shahibul maal membuat kesepakatan bahwa nisbah
basil adalah 70:30 dari penerimaan (70% untuk petani, 30% untuk
pemodal/shahibul maal).
Dari sisi BEP,
kita tidak dapat menjawab pertanyaan apakah penggunaan sistem bunga akan
membawa perilaku produsen untuk berproduksi pada tingkat output yang lebih
kecil, lebih besar atau sama dengan tingkat output sistem bagi hasil? Di kedua
sistem ini, kita mendapatkan bahwa Qi > Q dan Qrs > Q
Apakah Qi >
Qrs atau Qi < Qrs atau Qi = Qrs ditentukan dari berapa besar bunga
dibandingkan dengan berapa besar nisbah bagi basil. Perbedaannya adalah pada
penyebabnya, bila Qi disebabkan naiknya TC, maka Qrs disebabkan berputarnya TR.
Yang pasti adalah bahwa kedua sistem, baik sistem bunga maupun revenue sharing
akan menggeser Q menjadi lebih besar. Kenapa bisa demikian? Logika sederhananya
begini, bila si petani dalam memproduksi padi tanpa menggunakan sumber modal
dari pihak lain maka si petani akan berproduksi dan menjual berasnya pada
jumlah yang menyebabkan atau paling sedikit memberikan keuntungan.[2]
C.
Pajak dan Zakat dalam Analisis Pembiayaan dan Pinjaman
Kahfmengikutkanvariabel zakat sebagaivariabel
yang menjadikeharusandalamsistemperekonomianislam. Khafberasumsibahwa zakat
merupakankewajibanbagiparamuzakki (golongan yang hartanyamengenainisabsehingga
di wajibkan zakat atasnya).Dengandemikian zakat tidakmasuk final
spending.Final spending dalamseorangindividumuslimdalamanalisaduaperiodemenurutkhafadalahsebagaiberikut:
FS = (Y-S) + (S-Sz)
FS = (Y-sY) + (sY-zsY), atau;
FS = Y(1-zs)
Di mana; FS = final spending, Y = pendapatan, S
= total tabungan, s = presentase Y yang di tabungdan z = presentase zakat.
Terlihatbagaimanakorelasinegatifantara s dan FS, semakintinggi s semakinkecil
FS.Sehingga di
dapatkanmaksimumkepuasannyaberdasarkantingkatkekayaandanjumlahpendapatan:
Max U = U (FS,s)
subject to; FS + S = Y dan DW = S ≥ z
(W + S)
Di mana: U = kepuasankonsumen, W =
Kekayaankonsumendan D = time derivative (turunanwaktu). Model di atasmerupakangambaran yang adapadagolonganmuzakki.
Berdasarkan kemampuan
ekonominya masyarakat dapat di bagi menjadi
3 golongan yaitu :
1. GolonganMuzakki
FS = Y – S
FS = Cz – (Zy + In + Sh + Wf)
2. Golonganmustahik
FS + S = Y S Mustahik = 0 dan Y = 0 atau Y <
Co, maka
FS = Z Z = Co, atau;
Fs = Y + Z Y + Z = Co
3. Golongan Middle income
FS = Y – S
FS = Cm + In + Sh
Dengandemikiandapat di simpulkanbahwa zakat
padagolonganmuzakkiakanmengurangi final spendingnya. Hal
inibertolakbelakangdengangolonganmustahik di
managolonganinimampumeningkatkan final spendingnyahinggasebatasuntukmemenuhikebutuhanprimernya.Dengandemikiandapat
di katakanbahwa zakat merupakaninstrumen yang
efektifdalammeningkatkankonsumsimasyarakatmuslimdansalahsatucarauntukmenumpukdanmeningkatkanpahalamenuju falah(kebahagiaanduniadanakhirat).
Dikenakannya zakat perniagaan memberikan pengaruh yang
berbeda di bandingkan dengan adanya pajak penjualan. Sebagaimana dalam konsep
islam, zakat perniagaan dikenakan apabila teelah terpenuhi adanya dua hal
yakni: nisab (batas minimal harta yang menjadi objek zakat, yakni setara 96
gram emas) dan haul (batas minimal waktu harta tersebut dimiliki yakni satu
tahun). Bila nisab dan haul telah terpenuhi maka wajib mengeluarkan zakatnya
sebesar 2,5%.
Reveneu minus cost merupakan objek zakat perniagaan, yang
berupa barang yang diperjualbelikan. Adapun beberapa ulama yang berpendapat
mengenai komponen biaya, sebagian berpendapat bahwa biaya tetap boleh
diperhitungkan yang berarti yang merupakan objek zakat adalah economic rent,
namun sebagian yang lain berpendapat bahwa hanya biaya variabel saja yang boleh
di perhitungkan berarti yang menjadi objek zakat adalah quasi rent atau
producer surplus.
Kebijakan
fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam memungut pajak dan membelanjakan pajak
tersebut untuk membiayai kegiatan ekonomi. Kebijakan fiscal merupakan kebijakan
pemerintah dalam mengatur setiap pendapatan dan pengeluaran Negara yang
digunakan untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam rangka mendorong pertumbuhan
ekonomi. Kebijakan ini bersama kebijakan lainnya diperlukan untuk mengoreksi
gangguan-gangguan yang menghambat jalannya roda perekonomian.
Pada dasarnya pemerintah harus
menjadi panutan bagi masyarakat, pemerintah haruslah berbelanja sesuai dengan
pendapatanya. Keadaan inilah yang dinamakan dengan anggaran belanja berimbang.
Apabila belanja pemerintah melebihi penerimaanya sehingga mengharuskan
pemerintah meminjam dari masyarakat atau mencetak uang baru. Tentulah tindakan
ini sangat tidak bijak.
Apabila
tingkat kegiatan ekonomi rendah dan terdapat banyak pengangguran, kemiskinan,
musibah dll, pemerintah akan melakukan belanja yang melebihi pendapatannya.
Keadaan inilah yang menimbulkan defisit anggaran. Akan tetapi apabila tingkat
perekonomian baik, kesempatan kerja penuh tercapai, kenaikan harga seimbang,
belanja negara dapat dihemat sehingga pemerintah dapat melakukan saving
terhadap pendaatannya. Keadaan inilah yang dinamakan dengan anggaran belanja
surplus.[3]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam arti sempit, biaya merupakan
sumber ekonomi untuk memperoleh harga pokok. Biaya dalam perspektif konsumen adalah pengorbanan yang harus
dikeluarkan untuk mengkonsumsi sejumlah produk baik barang ataupun jasa.
Sedangkan, biaya dalam perspektif produsen atau supplier adalah semua
beban yang harus ditanggung oleh produsen untuk menghasilkan suatu produksi.
Karakteristik dari sistem
bunga dalam analisis biaya produksi adalah adanya biaya bunga yang harus
dibayarkan oleh produsen bersifat tetap. Sehingga biaya bunga akan menjadi
bagian dari fixed cost, dengan kata lain, berapapun jumlah output yang
diproduksi bunga tetap harus dibayar. Konsekuensi lebih lanjut, keberadaan
biaya bunga akan meningkatkan total biaya (TC à TCi).
Reveneu minus cost
merupakan objek zakat perniagaan, yang berupa barang yang diperjualbelikan.
Adapun beberapa ulama yang berpendapat mengenai komponen biaya, sebagian
berpendapat bahwa biaya tetap boleh diperhitungkan yang berarti yang merupakan
objek zakat adalah economic rent, namun sebagian yang lain berpendapat bahwa
hanya biaya variabel saja yang boleh di perhitungkan berarti yang menjadi objek
zakat adalah quasi rent atau producer surplus.
Kebijakan
fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam memungut pajak dan membelanjakan pajak
tersebut untuk membiayai kegiatan ekonomi. Kebijakan fiscal merupakan kebijakan
pemerintah dalam mengatur setiap pendapatan dan pengeluaran Negara yang
digunakan untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam rangka mendorong pertumbuhan
ekonomi. Kebijakan ini bersama kebijakan lainnya diperlukan untuk mengoreksi
gangguan-gangguan yang menghambat jalannya roda perekonomian.
DAFTAR PUSTAKA
Iswardono.
1994. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Gunadarma.
Karim, Adiwarman. 2014.
Ekonomi Mikro Islam Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers.
Qadir,Abdurrahman.
1998.Zakat dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial. Jakarta: PT. RajaGrafindoPersada.
Komentar
Posting Komentar